Senin, 19 April 2010

Binder

Karakteristik Binder
Binder adalah bahan perekat yang digunakan untuk merekatkan campuran antar bahan.

1.Tepung Tapioka

Bahan Baku Tepung Tapioka Bahan baku tepung tapioka adalah singkong atau ubi kayu (Manihot utilissima Pohl). Ubi kayu menghasilkan umbi yang mengandung pati. Pada ubi kayu mengandung racun asam sianida. Pada ubi kayu manis, kandungan asam sianida pada umbi sangat rendah sehingga tidak menimbulkan efek keracunan bagi yang mengkonsumsinya. Sedangkan ubi kayu pahit, kandungan asam sianida sangat tinggi sehingga dapat menimbulkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya. Panjang ubi berkisar antara 30 - 50 cm dengan garis tengah 5 - 10 cm. Ubi kayu dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi yang kurang dari 1(1300 mdpl). Tanaman ini membutuhkan udara hangat dengan suhu rata-rata 200C dan curah hujan 500 - 5.000 mm. Saat ini ubi kayu banyak ditanam di Indonesia, India Selatan, Thailand, Malaysia dan Brazilia. Umbi ubi kayu dapat diolah menjadi tapioka, gaplek dan beraneka ragam makanan. (Marwoto, 1994)

Tapioka adalah pati yang diperoleh dari umbi tanaman ubi kayu (Manihot utilissima pohl). Dalam perdagangan lebih dikenal sebagai “tapioka flour” atau tepung tapioka. Nama lain dari tapioka adalah pati kanji, pati ubi kayu, pati cassava, pati singkong, pati pohong sesuai dengan sebutan untuk ubi kayu di beberapa daerah. Pati merupakan polisakarida yang tersusun oleh molekul glukosa yang terdiri dari molekul amilosa dan amilo pektin. Seperti pati antara lain berbentuk makromolekul, tidak bermuatan, berbentuk granula yang padat dan tidak larut dalam air dingin, jika dipanaskan akan mengalami gelatinasi dalam keadaan kering berwarna putih dan dalam bentuk gelatin berwarna opak.

Ditinjau dari segi penggunaan tapioka menunjukkan bahwa tapioka ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk keperluan, baik untuk keperluan industri makanan maupun industri lainnya. Untuk indusri makanan misalnya sebagai bahan baku dalam pembuatan : mutiara pati, biji pati, lempeng (flake), grits atau makanan bayi, pudding, kembang gula, krupuk. Sedangkan untuk industri non makanan misalnya untuk keperluan industri kertas sebagai sizing agent (bahan penghalus kertas). Industri kayu sebagai perekat dan lem. Industri kimia sebagai alkohol dan dekstrin industri tekstil sebagai sizing agen (bahan penghalus kain). Penggunaan tapioka dalam industri dapat meningkatkan perekonomian pada umumnya dan dapat mendorong peningkatan produksi ubi kayu dan peningkatan kesejahteraan petani ubi kayu pada khususnya. (Hasbullah, 2000)

2.Tar Batubara
Tar merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses pirolisa dan gasifikasi, yang kaya akan karbon. Tar terdiri atas campuran yang sangat komplek dari senyawa-senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon, berupa cairan kental berwarna hitam dan memiliki berat jenis yang lebih besar dari air. Sebagian besar molekulnya merupakan zat terdispersi yang koloid, dan memiliki bau aromatik yang khas fenol dan napthalena.

Tar yang dihasilkan cukup melimpah, namun karena baunya yang tajam dan tidak enak, maka sering dianggap sebagai limbah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tar batubara ini mengandung banyak komponen senyawa organik baik alifatis ataupun aromatis. (Lappas, 1990) Produk pirolisis batubara ini sangat potensial untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya sebagai bahan dasar industri kimia berbasis senyawa olefin maupun senyawa aromatis. (Newman, 1985) Kendala yang dihadapi dalam pengolahan tar adalah kompleksitas senyawanya, sehingga perlu dilakukan proses pemisahan awal agar memudahkan dalam pemanfaatan lebih lanjut. (Hessley, 1986)

3.Molase
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses¬ merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001).
Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molasses yang diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat kandungan mineralnya cukup tinggi. Mollases dapat diberikan pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian mollases pada ransum ternak ruminansia adalah sebanyak 5 % yang terdiri dari jagung, dedak padi, tepung ikan, rumput gajah secara nyata dapat meningkatkan bobot badan. Akan tetapi penggunaan lebih dari 5 % akan berdampak negatif, yaitu berkurangnya peningkatan bobot badan karena energi pakan yang dihasilkan terlalu tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, molases sering dimasukkan ke dalam ransum sebanyak 2 sampai 5 % untuk meningkatkan palatabilitas pakan. Molases dapat berfungsi sebagai pellet binder yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitas pelet. Penggunaan molasses pada industri pakan dengan level diatas 5 – 10 %, molasses dapat menyebabkan masalah, karena kekentalan dan terjadi pembentukan gumpalan pada mixer. Molases juga dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk sejumlah industri fermentasi.
Selain memiliki fungsi yang bermanfaat sebagai pakan ternak, molasses juga dapat menyebabkan keracunan (molasses toxicity). Gejala-gejala yang dapat terlihat yaitu terjadinya inkoordinasi dan kebutaan yang disebabkan oleh deteorisasi otak yang hampir sama dengan nekrosi serebrokortikal. Keracunan tersebut kemungkinan disebabkan oleh defisiensi thiamin (Vitamin B1), menurunnya suplai glukosa ke dalam otak dan rumen statis. Pemberian hijauan berkualitas baik pada ternak dapat mencegah terjadinya keracunan tersebut.
Contoh dari penggunaan molasses dalam ransum pakan yaitu melalui pengolahan pakan UMB (Urea Molasses Block) yang merupakan sumber protein (Non Protein Nitrogen), energi dan mineral yang banyak dibutuhkan temak. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan urea molasses block antara lain molasses sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan bahan pengisis berupa dedak padi,gandum, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, sebagai bahan pengeras dipakai bentonit, tepung batu gamping dan sebagai bahan tambahan dipakai garam dapur dan mineral campuran. (www.ilmupeternakan.com)

Daftar Pustaka

1. Hasbullah. 2000. Teknologi Tepat Guna dan Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Sumatera Barat : Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri
2. Hessley, R.K., Reasoner, J.W., and Riley, J.T., 1986, Coal Science, An Introduction to Chemistry, Technology and Utilization, Mc Graw Hill Publishing Company Limited, London
3. Lappas, A.A., Papavasiliou, D., Batos, K., and Vasalos, I.A., 1990, Product Distribution and Kinetic Predicitions on Greek Lignite Pyrolysis, J.Fuel. Chem., 69, 1304-1308
4. Marwoto. 1994. Penggunaan Briket Batubara di Rumah Tangga sebagai Bahan Bakar Alternatif, Kelebihan dan Tantangannya. Universitas Diponegoro: Semarang.
5. Newman, J.O.H., 1985, Chemical from Coal : New Develop-ment, Critical report on Applied Chemistry, vol 9, Blackwell Scientific Publication, London

Tidak ada komentar:

Posting Komentar